Dunia Maryono

Maryono bangun pagi sekali hari itu, ia duduk di teras mengelurkan note kecil di sakunya, dan mencatat siapa yang melaluinya, berapa kali ia lewat, dan apa yang di lakukan setiap orang di hadapannya ia berencana untuk mencatat kegiatan manusia sekitarnya atau tepatnya di hadapannya, sejak pukul 6 pagi hingga pukul 8, lalu ia akan sarapan dan menikmati beberapa batang rokok serta kopi hingga pukul 10, setidaknya itulah rencana Maryono pagi itu..

sudah 8 tahun ia tinggal menetap dalam gang perkampungan padat penduduk kota jakarta,  namun ini salah satu hobi baru yang unik ia lakukan selain berbicara dengan semut saat ia masih kecil dahulu, entah apa yang ada di pikiran Maryono, saat teman sebayanya telah melakukan aktivitas umum seperti bekerja dan beberapa bahkan sudah menikah.

Maryono sibuk dengan dunia dalam kepalanya yang sulit di pahami oleh banyak orang bahkan keluarganya.
Maryono menceritakan imajinasinya pada seorang sahabatnya yang terkadang menganggap maryono gila, Dunia dalam kepala Maryono adalah warna-warni, tak peduli krisis, atau ia harus bekerja serabutan terkadang sebagai tukang ojek dengan motor tua warisan almarhum ayahnya atau tukang antar koran.

Maryono yang lulusan SMP menekuni hari-harinya yang banyak kekosongan dengan duduk di tempat dimana ia inginkan, menatap terbit dan terbenamnya matahari, pandangan matanya tak kosong, seolah ia melihat hal-hal yang menakjubkan saat memandangi sesuatunya yang bagi sebagian besar orang tidak ada apa-apanya, bahkan kadang di lalui begitu saja. 

Seperti saat ia melempar botol plastik lalu menguikuti kemana perginya botol tersebut seolah ia mengkerut dan berada di dalamnya berpetualangan ke negri dimana ia dapat berbicara dengan serangga dan bergelantungan di atas rerumuputan, cerita inilah yang sering di dengar oleh sahabatnya yang kerap memberikan oleh-oleh nasi goreng setiap pulang bekerja.

Dimas satu-satunya sahabat Maryono, terkadang berusaha menyelami apa yang ada di benak Maryono, Dimas hanyalah seorang office boy di kantor kecil, yang ia kagumi dari Maryono adalah warna-warni kehidupan dalam kepala Maryono, yang ia anggap negri dongeng untuk sekedar membantunya sejenak melepas penat menjadi orang suruhan yang kerap kena omel dari ketidak jeniusannya menerima pesan dari orang yang menyuruhnya.

ia anggap dunia warna warni yang sering ia dengar dari Maryono adalah kampung bagi orang-orang sepertinya kampung penuh kesetaraan, tanpa kecurigaan dan perselisihan, cukup dengan nasi goreng sebungkus ia menikmati kecanduannya terhadap cerita kampung warna warni ala Maryono.




Komentar