The Story of Bang Toyib

Setelah tiga tahun tak pulang kerumah, Bang Toyib akhirnya pulang, sang istri memeluk erat dirinya, dan sang anak yang di tinggal saat masih berumur 8 bulan terlihat takut saat pertama berjumpa ayahnya, selangkah demi selangkah sesekali bersembunyi di balik daster sang Ibu, sang anak yang bernama Desi, di ambil dari nama Desi Anwar penyiar berita kebanggaan sang Ibu, sang anak sesekali tersenyum, meski belum berani melihat tampang sang Ayah secara blak-blakan, sang istri yang sangat merasa kehilangan menitikkan air mata, tanpa berani bertanya kemana saja sang suami pergi selama ini.

Bang Toyib hanya terdiam, dari matanya terlihat penuh penyesalan, meninggalkan keluarga untuk kesenangan dirinya sendiri, meski itu hanya berlangsung setahun, di tahun kedua tatkala Bang Toyib di telantarkan oleh wanita yang di kira mencintainya, ia hidup menggelandang, ingin pulang namun rasa malu seperti menyerangnya bertubi-tubi, dalam hati yang kesepian ia merindukan anak istri yang ia anggap tak akan mengampuni kesalahannya, Bang Toyib dalam balutan kemeja lusuh dan celana bahan yang berlubang, tertidur di emperan ruko, dan jalan bebatuan, menahan dinginnya angin malam, berteriak tanpa mampu mengeluarkan suara yang keras, hanya parau yang tersisa diantara air mata yang perlahan menetes dari matanya yang tak lagi cemerlang, dalam hatinya, kebencian, penyesalan dan amarah menjadi satu, di telan kesunyian dan debu yang merusak kewarasannya, Bang Toyib mencari Tuhan dalam dirinya..

di sebuah mushola tua yang ringsek di tengah kampung yang segera tergusur di ibukota, ia berdo'a, menatap langit ia arahkan penderitaan yang ia alami sebagai akibat dari perbuatannya sendiri, dalam suatu perjalanan dimana seolah ia merasa mendapat petunjuk dari do'anya, Bang Toyib mengumpat dirinya sendiri, sampai ia lelah tak sadarkan diri, tertidur pulas dalam hangat harapan yang tersisa, tiada mimpi dalam tidurnya, sinar matahari bangunkan bang Toyib, ia kini sedikit lega, melangkah pulang ke pelukan keluarga yang menerimanya tanpa syarat.

Bang Toyib terhakimi oleh waktu, tanpa perlu di hakimi oleh lagu, atau para penikmat kisahnya, di sebuah rumah sederhana yang ia bangun perlahan dengan ciamik, ia lakukan tugas sebagai suami dan ayah, menjadi pengusaha ayam potong lan bijak dan  dermawan. Bang Toyib menjadi legenda kampungnya, Si bijak yang belajar dari kesalahannya.
Tamat :-)

Komentar

Posting Komentar