Jonathan dan Isabel

Isabel memainkan kain yang membalut tubuh dengan jari lentiknya, bercermin mengutarakan dalam hati akan kekaguman tubuhnya sendiri, "aku adalah penari yang cantik" ia bertutur.

hari ini sepulang latihan tari di salah satu studio ternama di kota Jakarta milik penari legendaris, ia kembali ke kamar kontrakan yang terletak nyempil di kepadatan kota ibukota, tetangganya adalah pemain Jimbe sejenis alat musik pukul dimana ia kerap bermain untuk kafe-kafe dan hotel-hotel mewah.

Jonathan, ia adalah pengagum setia, ia menunggu Bela, nama panggilan Isabel, meski sekedar mengintip dari jendela dengan korden lusuh berwarna hijau tua, yang tampak kusam karena jarang di cuci, ratusan puisi yang tak pernah terkirim menjadi saksi kekaguman dirinya akan gadis penari cantik asal medan, mereka beberapa waktu bertemu di beberapa pertunjukan, bilamana tidak ada kesibukan mereka kerap bertemu di gereja pada saat akhir pekan.

Jon, membayangkan alangkah indahnya bilamana mereka bisa bersama, jon, membayangkan dalam tiap alunan musik yang mampu membuat Isabel melakukan gerak putar mengurai rambutnya yang panjang, dan detak jantung yang seirama dengan permainan jimbenya, Jon tak mampu mengutarakan sedikitpun secara langsung kepada Bela, Bela terlalu indah baginya untuk sekedar menjadi kekasih seorang pemain jimbe.

Bela kerap mendengar alunan gitar di balik tembok kontrakan, Jon yang memainkan, selain sebagai pemain jimbe, Jon memiliki suara yang indah dan kemampuan bergitar yang mumpuni, Isabel tak memiliki keberanian untuk memujinya secara langsung, hanya dalam hati, dalam hening malam, musik dan suara Jon perlahanlah yang mengantar dirinya terlelap,  mereka sudah bertetangga selama 18 bulan, namun tak saling menyapa, hanya sesekali tersenyum, Karena terlalu beresiko sebagai perempuan perantauan untuk mengenalnya, ia takut Jon yang tak di kenalnya dapat melakukan sesuatu yang buruk baginya.

Jon, dengan rambut gondrong dan terkesan lusuh, ia tak mampu membuat Bela terkesan padanya, Bela, ia cantik berkulit putih mulus, dan wajahnya cantik, sebagian besar lingkungan kontrakan mengakuinya, tak seperti Jon lusuh, di lingkungan, Jon dianggap pemabuk karena tampangnya, meski ia menyukai minuman keras, Jon tak mampu membeli minuman untuk membuat dirinya hingga mabuk, ia hanya ingin lelah dan tertidur pulas, hingga bangun siang setelah selesai pertunjukan.

Dalam Irama permainan gitar Jon dimalam hari, Bela membayangkan suatu ketika ia menemukan seseorang yang meminangnya, ia harap salah satu yang menyaksikan tarinya dan terkesima dengan keanggunan tari dan tubuhnya, seorang penonton dari kelas atas Jakarta yang ia kerap temui di sela pertujukannya, mengatarnya pulang dengan mobil mewah, dan bersedia membahagiakannya, namun pria itu bukan pria seperti Jon yang ia kerap nikmati alunan lagunya dalam lamunan namun tidak untuk membayangkan bersama dengannya.

Bela menonton infotainment yang tak bisa di sebut berita namun mengabarkan, seorang selebritas, yang menikah dengan anak pengusaha, pemain sinetron yang di pinang saudagar papan atas, Bela jugalah selebritas dan ia merasa layak mendapatkan kisah cinderela dala kenyataan hidupnya, ia membayangkan di depan cermin, rokok ringan rasa mentol mengepul dari mulutnya, Jon menunggu waktu, waktu yang tepat, ia berencana akan meninggalkan puisi saat ia berpindah kontrakan di depan pintu Bela, berharap Bela membacanya, dan tidak menyapunya karena mengira sampah bekas bungkus gorengan.

Tak berapa lama Jon, benar-benar pindah, karena di kontrak salah satu kafe di Bali untuk bermain selama setahun disana, Bela mengetahuinya, karena tak lagi terdengar alunan gitar di balik tembok tempat ia menggantung cerminan, pagi tatkala ia membuka pintu kontaraannya, ia melihat beberapa pucuk kertas dengan tulisan di dalamnya, ia tak menyadari itu sebuah puisi dari mantan tetangga yang menjadi pengagumnya, ia ambil sapu lalu memasukkan dalam tong sampah, ia mengira itu bungkus ayam goreng tepung yang mangkal tak jauh dari kontarakannya, tertiup angin tanpa sengaja di depan pintunya, dan lembaran kertas puisi cinta Jon berakhir dalam pembuangan sampah yang di bakar untuk mengusir nyamuk yang kian berkuasa saat kemarau.

Bagaimana Jonathan dan Isabel ? , kisah mereka hilang di telan bising metromoni, bajaj, dan knalpot motor yang sengaja di keraskan, Isabel melupakan, Jon terlupakan.




Komentar