Bangku Pak Tua

Pak Tua terduduk gelisah menanti di sebuah bangku stasiun, dia tak banyak bergerak, atau bahkan menggerakkan bibir, tapi ia sedang gelisah..
menatap gerbong yang melewatinya ataupun yang terdiam dan berkarat, ia menatap meski tak begitu jelas..
Di kala Hujan ataupun  kemarau ia memilih posisinya untuk tetap terdiam, dan tak mengeluarkan suara..
dalam keramaian maupun kesendirian, berganti manusia duduk di sebelahnya, dari yang berusaha mengajaknya bicara, atau hanya sekedar menatap sinis.. dan ia tak bergeming..
kakinya hanya melangkah menuju toilet umum stasiun atau hanya untuk sekedar makan di warung terdekat, rautnya tak pernah ia tunjukkan untuk mengungkapkan apapun.
Berbagai Rumor beredar soal sosok tua tersebut, seorang masinis yang bertugas berpendapat, bahwa pak tua tersebut hanyalah seseorang yang mengalami gangguan jiwa, ibu penjual pecel berkata bahwa pak tua tersebut menunggu istri atau anaknya dari kampung halaman yang tak kunjung datang untuk menjemputnya kembali ke asal ia dilahirkan, ia tak mengemis, atau mengadahkan tangan, ia hanya diam, dan beberapa orang kerap meninggalkan uang untuknya, entah di hadapannya, di sampingnya, dan terkadang anak sekolah memberikan makanan, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, bahkan tahun ke tahun..
dari rumor berkembang menjadi isu, dari isu berkembang menjadi wacana, wacana pun menjadi sebuah berita, beberapa media meliputnya, dari koran, radio bahkan hingga televisi, sebuah surat kabar berbicara tentang sosok tua misterius yang gemar duduk terdiam..
Diam menjadi sebuah keanehan ketika setiap manusia berebut untuk bersuara, ketika suara menjadi ekspresi kebebasan, ketika kebebasan menjadi sebuah tujuan..
Pak Tua dengan sosok diam menjadi begitu tersohornya, ketika semua bergerak cepat, ketika semua ingin terlihat, ketika kata cepat dianggap hebat.. ia bergerak lambat untuk sekedar buang air atau memamah makanan..
hingga kemudian ia tak lagi berada di tempat dimana ia kerap terlihat, orang-orang mencarinya, mencari dimana ia berada, mencari tahu tentang siapa dia sebenarnya.. masa demi masa, dari semua, menjadi beberapa, dari beberapa menjadi segelintir saja dan bagai kilat ia akhirnya terlupakan di telan cerita, cerita dimana ada anak muda yang duduk terdiam di sebuah pelataran taman, kini yang tua terlupakan diganti yang muda, namun yang muda bukan yang pertama..  yang muda hanya sebuah rangkaian cerita yang sama, menjadi rumor, isu, wacana lalu diangkat dalam berita, frame yang serupa, tiada berbeda.. dan berbagai opini berkata tentangnya..
bangku stasiun yang di tinggalkan pak tua kini menjadi situs dimana siapapun berhak mendudukinya..
dan hanya dengan diam bangku itu terasa berbeda dengan bangku lainnya..

Komentar