Nasionalisme dan Sepakbola : Garuda di Dadaku..

Semalam  Final piala AFF antara Indonesia dan Malaysia di selenggarakan di Stadion kebanggaan Indonesia, Gelora Bung Karno, setelah pertandingan di Leg pertama Indonesia di kalahkan di 3-0 di Malaysia, malam itu Timnas yang diisikan pemain apik Firman Utina dan kawan-kawan bermain cantik dan unggul 2-1, meski kemenangan itu tak membuahkan tropi, namun permainan cantik para punggawa Timnas menghibur mereka yang hadir maupun yang melihat di layar kaca, malam itu saya berkeliling, melihat bagaimana antusiasme masyarakat Indonesia yang rindu kemenangan negaranya, memenuhi warung kopi, kafe, pelataran rumah, hingga jalan-jalan yang di tutup untuk di pasang layar lebar, agar dapat dinikmati beramai-ramai, dari tukang ojek sampai pegawai berdasi, dari yang naik mikrolet hingga mercy, mereka berkumpul meneriakkan yel-yel semangat dan tampak  muram ketika beberapa peluang gagal menjadi gol, teriakan bermula dari memberi semangat, hingga meminta ketua PSSI Nurdin Halid Mundur karena dinilai gagal menangani PSSI atau kurang sedikit lebih tidak, dianggap gak ada hoki.. :-).
Beberapa kritikus berkata penyebab gagalnya meraih trophy disebabkan bahwasanya Media bicara terlalu dini akan kemenangan di awal perhelatan, beberapa berkata kinerja Timnas yang membanggakan terlalu banyak di manfaatkan untuk tujuan politik tertentu, beberapa berkata, bahwasaannya pertandingan berjalan dengan kurang fair dan lain sebagainya.. namun nasi sudah menjadi Rengginang.

Ajang sepakbola menumbuhkan Nasionalisme rakyat Indonesia tatkala rakyat lebih merasa terhibur dengan kemenangan Timnas Indonesia, daripada janji para pemain Ludruk yang menggemborkan demokrasi untuk mencari untung sendiri, tontonan kasus korupsi yang cuma bikin keki,  dan mereka yang numpang beken dengan prestasi laskar Garuda, ngoceh sana-sini tatkala menang dan mengeluarkan jurus bacot ngeles tatkala hasilnya tak sesuai harapan, untunglah hasil ini dapat di terima secara ksatria oleh masyarakat yang duduk nongkrong dengan kopi di tangan kanan dan kretek di tangan kiri, oleh mereka yang rela berjibaku dengan kemacetan sepulang kerja di jalan ibukota untuk melihat laskar Garuda beraksi, dan oleh punggawa Timnas yang sudah memberikan harapan bahwasannya Indonesia dengan Garuda di dada masih punya nyali.

Biar bagaimana pun Malaysia memberikan pelajaran berharga setelah sebelumnya di lumat 5-1 dimasa penyisihan lalu mampu bangkit dan keluar sebagai pemenang.. semoga Garuda juga menempel di dada pemimpin kita, bukan di bangunkan saat di perlukan untuk menjadi slogan unjuk gusi..
Hidup Timnas Indonesia, Hidup Netral yang lagunya Garuda Di Dadaku menjadi Inspirasi..

Komentar