Menunggu

Di depan pintu plastik yang sudah tak jelas bentuknya, aku berhadapan dengan realita, dan di belakangku berdiri apa yang aku rasa adalah fenomena, kau tak kunjung tiba..

puisi tak mampu menggantikan sosokmu, sedangkan cerutu peninggalanmu, hampir saja membusuk menjadi tempat menetap yang nyaman untuk jamur yang berwarna kehijau-hijauan..

Tubuh ini membeku, layaknya bangkai tak bertuan.. lidah ini kelu seolah hanya ruh tanpa nama..

sang penyelamat tak kunjung datang, mitos bercampur dengan kegalauan dan bermacam rupa kebisingan..
izinkan aku memelukmu.. meski itu tak berarti kau berharga..
karena aku, kamu atau kalian semua mungkin hanya puing-puing kepalsuan yang di paksa menjalankan ironi kemanusiaan..

Dan kau tetap sama, tak kunjung tiba, hanya rentetan maya tanpa rasa..

 

Komentar