Catatan Lusuh Diaz Part II


Catatan lusuh diaz
part 2
Duniaku, aku hidup di dunia nyata itu kata sebagian besar orang di sekitarku, di dunia nyata kita harus membeli dan untuk membeli kita harus punya uang, semua berkaitan dengan uang, dari yang kita butuhkan hingga yang kita inginkan, semua berputar dengan uang,
Tiga tahun berjalan dengan tanpa terasa, aku masih saja merindukan wangi parfum yang terhirup dari tubuhnya, wangi itu terasa begitu melekat hingga kini dalam sel memoriku, aurel terduduk dalam dekapan jaket hijau army yang kuberikan padanya untuk melindungi dari basah ombak di perjalanan kita menelusur pantai kuta, ''Diaz!! Aku mencintaimu dan untuk seterusnya aku ingin selalu bersamamu'' aurel berteriak lantang di hadapan debur air yang menghempas, kunyalakan rokok kretek samsoe dan kumasak air untuk membuat kopi karena senja akan tiba, '' Aurel kemarilah.. Ku punya sesuatu untukmu..''aku memanggil, cincin ini untukmu..

Aurel tiba-tiba berhenti tersenyum ketika kuberikan benda tersebut.. Lantas ia memakainya lalu kembali terduduk di pinggir pantai,Sambil menarikku untuk duduk bersamanya..

''kamu begitu polos dan baik diaz, aku tak ingin melukaimu terlalu dalam'' ucap aurel.

Aku tak mengerti kamu bicara apa sich aurel.. Bukankah kamu senang akhirnya jadi juga kita ke pantai ini, bukankah kamu menyukainya dan menginginkannya?''diaz membalas''

Aurel hanya tersenyum sambil merenggut rokokku dan mematikannya seketika..

Uang di kantongku tak seberapa saat itu, namun kenangan masih saja tersimpan..

waktu.. tik.. tak.. tik.. tak..

Lelahku mengarung jalan hidup dengan perjalanan dari tempat ke tempat lain, ku ingin duduk sejenak di bukit ini, yang tak sehijau dulu namun masih dapat kunikmati sisanya..
Ku ucap sisa karena sebagian besar telah di rusak tangan jahil atas nama kekuasaan, nasi yang kujadikan bekal harus segera kulahap agar tak jadi basi, kebetulan aku diterima kerja sebagai penjaga mesin fotokopi oleh bos cina surabaya yang senang mengobrol denganku sore tadi, Aurel..
Terima kasih untuk jejak imajinasi yang kerap temaniku, kuingin menulis surat untukmu, namun aku tahu itu sia-sia kurasa kau sudah lupakanku..

Kemana kaki ini melangkah aku tak tahu..
Bersambung..

Komentar