catatan lusuh Diaz III

Catatan Lusuh Diaz
terduduk lelah di sebuah angkringan jalan Malioboro, ia hanya diam dan menulis sebuah paduan kata yang ia cinta.. sesambil mencicip cemilan yang tersedia..

Perempuan
Perempuan di tengah peradaban yang mempesona, perempuan yang selalu tak dapat di mengerti dan terlalu dalam untuk di ilhami..
Aku melihat Perempuan..
Hidup diantara bangunan megah perkantoran, pusat-pusat perbelanjaan, hidup di rumah do’a, dan mereka yang hidup di pinggiran jalan..
Perempuan simbol pengorbanan dari ke laki-lakian, diantara mereka yang memegang kitab dan diantaranya pula mereka yang memegang cerutu dan minuman keras..
Mereka yang harus berkorban diantara simbol kekuasaan, kesuksesan, dan mereka yang mengabdikan diri pada prahara kehidupan di dunia kemiskinan hanya untuk laki-laki mereka.
Mereka yang lebih kuat diantara laki-laki yang merasa superior dengan kesombongan terkuat sekalipun, perempuan sebagai simbol..
Nyanyian mereka mendayu-dayu di telinga..
Mereka yang menangis untuk dunia yang sulit di pahami dengan hati, dunia yang penuh dengan kepura-puraan, dunia dimana moral adalah sengketa yang berkuasa..
Perempuan simbol pengabdian dan pengkhianatan, mereka yang menderma dan mereka yang berkuasa, simbol kemanusiaan dari yang terlemah hingga yang terkuat..
Mereka yang berteriak lantang melawan atau mereka duduk terdiam berudaha memaklumi segala keacuhan terhadap rasa dan cinta..
Perempuan sebagai ibu.. mereka yang berusaha meninggikan moral ke laki-lakian kita, dengan terus menjaga dan mencinta..
Indahnya Tuhan mencipta Perempuan karena ke laki-lakian harus belajarnya untuk menghargai derma dan cinta mereka,
Mereka yang tersenyum dan menahan amarah..
Mencela hanya untuk mengungkapkan cerita..
Tertawa dan tertawa.. itu saja..
“Diaz mengungkap ia hanyalah siluet dari cinta yang hanya bisa ia terka.. atau dari rasa terdalam yang banyak orang bilang itu gila”

Komentar