Catatan masa kecil




Hidup di pinggiran kota Jakarta saat saya masih kecil masih bisa menikmati ikan kecil yang kerap saya ambil di selokan-selokan dekat rumah, menangkap Yuyu (sejenis kepiting kecil yang hidup di air tawar) atau sekedar duduk di tepi kali buaran yang saat itu masih ada ikannya, menyebrang Rel berjalan menyusur jalan-jalan di daerah kampung jembatan yang masih di penuhi pepohonan, dan bermain dengan anak-anak sana ke industri PIK sekedar mencari barang-barang sisa industri kecil yang dapat di gunakan sebagai mainan di rumah, Saat itu di awal tahun 90an..
Kampus Muhamadyah yang berada tak jauh dari rumah saya setiap musim hujan menyisakan air-air yang menggenang, dan kecebong yang ketika masih kecil saya kira ikan, saya tangkap satu persatu untuk saya bawa pulang, yang kemudian setelah di beritahu oleh kakak saya, itu bayi kodok langsung saya buang..
Komplek depan perumahan gang saya saat itu banyak di tumbuhi pohon-pohon bambu, dimana saya kerap bermain sepakbola di lapangan depannya, dan setelah itu membuat Pondok kecil untuk tertidur melewati siang yang membuat saya mengantuk karena anginnya yang semilir-semilir, bekas gulungan kabel listrik adalah wahana permainan untuk bermain penjahat dan polisi, atau sekedar bermain petak umpet..

Kenangan masa kecil yang mengasyikkan ..

Sepuluh tahun kemudian, saya merasa terharu dengan anak-anak saat ini, tiada tempat bermain tuk mereka saat ini, saya melihat selokan tempat saya tinggal telah berubah menjadi hitam pekat warnanya, jangankan ikan, cacing pun saya rasa malas untuk sekedar buang air, dimanakah Yuyu-yuyu itu bermigrasi?, lapangan bola kini telah di beri tembok, atau telah di bangun mall, dan anak-anak sekarang harus membayar untuk menikmati permainan di dalamnya, Taman-taman yang tak terawat kini menjadi ladang mesum para urbaners, Pohon bambu yang mulai gundul, kampung jembatan yang dahulunya banyak tumbuh pohon buah-buahan, berubah menjadi kawasan dengan rumah kontarakan yang saling berdempetan, sehingga jangankan untuk menikmati udara segar, untuk bernapas saja sudah pengap..



PS : Jalan Raya Ngurah Rai berkali-kali mengganti pagarnya, bahkan masih bagus pun sudah diganti dengan yang baru, Pemda setempat memotong Tanaman untuk di tanam kembali, padahal pohon yang di tanam membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk tumbuh seperti itu, Rumput-rumput yang Hijau di cabuti, padahal harus keluar uang lagi untuk membeli rumput yang baru, kenapa uang yang ada tidak di gunakan untuk merawat melainkan membeli dan membeli?, kenapa uang yang ada tidak digunakan untuk membeli tanaman yang sekiranya bisa di tanam di tempat yang tandus, tapi aneh memang hal seperti itu kerap terjadi, Trotoar yang tak bermasalah dihancurkan lalu di bangun kembali, padahal bukan itu yang menjadi problematika.. Aneh Memang.. 

SKA

Komentar