Cinta Hitam Putih

Mungkin sudah seharusnya kita berpisah.. Dahaga tak mampu hilang dengan telaga, dibalik kisah antara kau dan aku, tersimpan memori yang mungkin tetap akan menjadi misteri atau mungkin akan hilang tak berbekas sama sekali.. terkubur.. atau membusuk di liang dubur, semua bukan untuk kesempurnaan, melainkan untuk kefanaan.

Cinta bukanlah jawaban akan apa yang kita cari ternyata, cinta terlalu banyak menyimpan luka, cinta semakin tak bermakna, aku menderita karenamu, dan kamu menderita karenaku.. lalu apakah cinta sebenarnya?..
Pesona dari wajah dan materi seksi lainnya hanyalah ornamen senja, apakah cinta memiliki jalan tengah, seperti demokrasi jalan ke tiga Anthony Giddens, bila cinta menyempitkan ruang pemikiran kita, bukankah itu berarti cinta adalah penjara, Bila Cinta membuat kita menangis meratap kenyataan, bukankah cinta layaknya perlakuan rezim otoriter yang gemar menyiksa.

Riuh ramai dan tepuk tangan membuat cinta layaknya pangeran negri dongeng yang di sambut kala musim kering menyengsarakan rakyat dengan busung lapar, Cintamu.. Cintaku.. dapat saja terhempas oleh isu global dengan pluralitas sebagai hambatan yang harus di wujudkan, cinta kita bukanlah ruang toleransi yang menghargai perbedaan yang di satukan dengan seragam, kau dan aku.. dunia yang berbeda, ruang yang mengambang diantara lampu-lampu kota, tenggelamkan jiwa-jiwa kesepian, para petualangan kota.

Aku mengerti kejujuran dan kesabaran menjanjikan untuk sebuah cita-cita utopis namun itu semua memiliki harga seperti pakaian-pakaian yang di tampilkan dalam etalase-etalase Mall, dan Sudut Distro yang menonjolkan celana melorot setengah pantat sebagai sebuah mode.

Cinta hitam putih yang memaksakan hidup dalam dimensi warna-warni..
Bila aku bilang tragis itulah kenyataan..

Komentar